Masa-masa penyelesaian skripsi saya ini banyak sekali air
mata. *lebay* . Bukan karena susah. Bukan, skripsi saya ini tergolong sederhana
bila dibandingkan dengan skripsi teman-teman saya. Dosen pembimbing yang manja?
Bukan. Dosen pembimbing saya sangat care malah. Tapi mengurus
administrasi untuk izin penelitian itu lho yang super ribet. Sekolah 1 minta
surat dari kampus, sekolah 2 harus dari bappeda, sekolah tiga harus ke majelis
wilayah, dan semuanya ga bisa diurus dalam sehari dua hari. Seminggu lebih ada
yang belum jadi. Bahkan ada juga sekolah yang hampir sebulan tidak juga memberi
jawaban. Arrrrgggghhh.. Saya capek. Mereka dan semua yang berkaitan dengan
sekolah-sekolah itu membuat saya stress. Apalagi kalau ada orang yang bertanya,
“gimana skripsinya mbak?”.. Hizzzzzzzzzz.. saya harus menghela nafas
dalam-dalam dan menjawab dengan senyuman –nyesek- terkembang, “masih proses,
doakan ya.. “
Satu per satu teman-teman saya melenggang menuju kursi
sidang. Sementara saya, data-data dari sekolah belum selesai saya kumpulkan.Percaya
atau tidak, ternyata itu semua menambah tekanan batin bagi saya. :D Hmmm.. tetap -mencoba-
tenang, santai, dan adem... Saat itu pasti akan segera tiba!! :D
Akhirnya bisa penelitian juga, saya mengunjungi ke empat
sekolah RSBI di Kota Yogyakarta. Ada cerita menarik saat saya datang ‘meminang’
salah satu dari empat sekolah tersebut. Kebetulan, sekolah itu adalah sekolah
swasta non islam. Mulai dari tempat parkir, saya langsung di sambut tatapan dan
ekspresi wajah kurang bersahabat dari satpam. Saya pun mendekati untuk bertanya
dimana ruang TU. Setelah di tunjukkan, dan saya menyampaikan maksud saya ke
pihak TU, sayapun dipersilahkan bertemu dengan kepala sekolah.
Awalnya, beliau juga memasang wajah tak bersahabat. Setiap
pertanyaan saya dijawab sekedarnya. Sehingga saya harus sedikit lebih ‘cerewet’
dan pasang ekspresi antusias. Dan akhirnya beliaupun ikut terbawa suasana.
Ternyata pak kepsek bisa bercanda juga. Di saat saya cukup untuk bertanya,
beliau gantian bertanya pada saya.
Kepala Sekolah (KS) :
Mbak. Mbak nya ini pake jilbab, lebar lagi. Ngapain mau meneliti di
sekolah kami?
Agak kaget juga waktu beliau tanya seperti itu.
Waktu saya curhat tentang pertanyaan Kepsek tersebut kepada dosen pembimbing
saya, beliau terheran-heran, kenapa pertanyaan kepala sekolah kok nggak ilmiah?
Pertanyaan Kepsek tersebut lalu saya jawab
kurang lebih sebagai berikut:
Saya (S) : maaf pak, tapi penelitian saya ini sifatnya
global, melibatkan 4 sekolah RSBI di Jogja jadi meskipun ini sekolah ‘non’ ya
saya tetap harus datangi, bukan karena mau dan tidak mau. Tapi keharusan.
KS :
Bukan gitu mbak, tapi kan banyak orang Islam yang tidak suka sama kami.
S : O, gitu pak, mungkin karena
bapak kenalnya dengan orang yang tidak suka sama bapak, yang kebetulan orang
itu adalah orang islam. Hehe. Untuk
urusan muamalah selain ibadah, kami (orang islam) boleh bekerja sama dengan
orang kafir non muslim. Bahkan dulu Rosul juga menjenguk waktu ada orang non muslim
yang sakit.1
KS : Trus mbak, yang teroris-teroris
itu gimana?
S : (agak aneh juga kok nyampe
teroris) Kalau soal teroris, mungkin kita harus menyamakan persepsi Pak.*jiaah
sok diplomatis* Karena media selama ini sepertinya telah menyudutkan islam
dengan sebutan teroris. Ada orang lagi main petasan yang kebetulan sedikit
berjenggot dan celananya agak ngatung,, dibilang mereka lagi ngebom *kalimat ini pernah
saya baca dimanaa gitu ya.. hehe*. Tapi preman-preman ataupun geng-geng yang
merampok, memperkosa, membunuh, memutilasi, itu hanya disebut sebagai tindak
kriminal. Nah ini harus dikritisi pak. Kalaupun ada orang yang beraliran keras,
ya pasti mereka punya alasan sendiri
mengapa mereka harus demikian. Yang saya pelajari dari guru-guru sya adalah
Islam itu rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam. Kecuali kalau ada
orang yang sengaja mengusik ketenangan islam. Maka ya dilawan dong pak. Tapi
kalau mereka menghormati kami, tentu kami balas dengan yang lebih baik. Kalau
bapak diusik, pasti bapak juga akan protes. J
*malah kemana-mana*
KS :
(Manggut-manggut, entah apa artinya) Iya ya mbak, wong segala agama kan
sebenarnya mengajarkan cinta damai, kasih. Semua Nabi juga begitu. Saya suka
pikiran mbak yang terbuka. Saya juga punya keluarga Islam. Kalau lebaran, saya
datang ke tempat mereka. Kalau natal, mereka juga datang memberi selamat ke
rumah saya. Kami keluarga rukun-rukun aja mbak.
Sebenarnya waktu itu saya mau bilang: “waaah,, kalau kaya gitu HARAM Pak!!! Sampaikan ke
keluarga islam bapak, ga boleh memberi selamat hari raya ke orang kafir. Itu
dah urusan aqidah, Pak!!”, tapi buru2 saya disenggol teman yang menemani saya.
Dia seperti memberi kode : “ingat skripsi..!! ngga usah macem2..!!” :D. Saya
pun hanya manggut-manggut dengan cerita si bapak. Lagian kalau saya sampaikan
kepada beliau, sepertinya kurang tepat. *alesan* :D
S : Ooo.. gitu pak.
KS :
Iya.. dan bla..bla..bla.. Oke Mbak, sebentar saya panggilkan guru
pembimbing Mbak, butuhnya berapa orang Mbak?
S : Dua orang saja pak. Matematika
dan bahasa Inggris. J
KS :
ya, sebentar ya mbak. (Menghilang dibalik pintu)
Dan cubitan pun mendarat di tangan saya, karena teman saya
gemes. Menurutnya saya terlalu cerewet dan sikap saya berbahaya bagi
kelangsungan skripsi saya. Ya ya.. terimakasih, kekhawatiranmu padaku membuatku
melted. :D
Lancar untuk sekolah ini..
^^
Untuk 3 sekolah lain,
lancar juga.. J
To be Continue..
Ket:
1. Anas bin Malik meriwayatkan, ‘Bahwasanya ada
seorang anak muda Yahudi yang pernah menjadi pembantu Nabi Shallallahu Alaihi
wa Sallam. Dia sakit, lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam datang
menjenguknya. Kemudian beliau bersabda, ‘Masuklah Islam!” Maka dia pun masuk
Islam.” (HR. Bukhari no.5657)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar