Rabu, 26 Oktober 2011

Etika Pendidik Muslim

Hari ini dapat wejangan dari salah seorang dosen favorit saya -semoga Rahmat Allah selalu menyertai beliau-. Beliau memang orangnya suka tebar ilmu. Dan dari beliau pula, kami biasanya dapat ilmu yang tidak terduga. Rasanya, tidak perlu terlalu banyak basa-basi, berikut wejangan dari beliau tentang bagaimana etika pendidik muslim yang berhasil terekam dalam note kecil saya.


Berapa yang perlu diperhatikan oleh Pendidik Muslim, antara lain:
Pertama : Memiliki bekal keilmuan
Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari mengatakan, “Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan” (Shahih al-Bukhari, kitab: al-Ilmu, bab al ilmu qabla al-qoul wa al amal)
Ucapan Imam Bukhari ini telah mendapatkan perhatian khusus dari para ulama. Karena itu, perkataan beliau ini banyak dikutip oleh para ulama setelahnya dalam buku-buku  mereka. Imam Bukhari berdalil dengan firman Allah (yang artinya), “Ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mintalah ampunan untuk dosamu” (QS. Muhammad: 19)
Di ayat ini, Allah memulai perintahnya dengan: “ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah”, yang ini merupakan perintah untuk mencari ilmu. Kemudian Allah sebutkan amal yang sangat penting yaitu istighfar, sebagaimana Allah sebutkan di lanjutan ayat, yang artinya: “….mintalah ampunan untuk dosamu.”.
Ketika menjelaskan hadis ini, al-Hafidz al-Aini dalam kitab syarh shahih Bukhari mengutip perkataan Ibnul Munayir berikut, “Yang beliau maksudkan bahwasanya ilmu adalah syarat sah ucapan dan perbuatan. Ucapan dan perbuatan tidak akan dinilai kecuali dengan ilmu. Oleh sebab itu, ilmu  didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan. Karena ilmu yang akan men-sahkan niat, dan  niat adalah yang men-sahkan amal.” (Umdatu al-Qori, Syarh Shahih Bukhari, al-Hafidz al-Aini, jilid 2, hal. 476).

QS Al Isra’ : 36
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
QS Lukman : 13
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Kedua : Memiliki pemahaman terhadap psikologis anak
Dalilnya :
QS Al Kahfi : 73
Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".

QS Al Baqoroh : 286
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

Ketiga  : Memiliki sikap dan perilaku yang baik
Perilaku yang baik ini bersifat umum. Yakni segala yang baik. Misalnya:
·         Adil
Adil dalam menilai, adil dalam memberi hukuman atau hadiah, adil dalam bersikap kepada tiap siswa, dan sebagainya. Adil bukan berarti harus sama rata sama rasa. Tetapi adil adalah menempatkan sesuatu sesuai tempat dan porsinya.
QS An Nahl : 90
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
·         Sabar
Sabar ini penanganannya berbeda pada tiap tingkatan siswa. Siswa SMA tentu berbeda penangannanya dengan siswa SMP atau bahkan sangat berbeda dengan siswa SD. Sabar ketika pada saat praktek kita ditempatkan di sekolah bonafit dengan siswa yang cerdas dan gampang diatur sementara saat benar-benar menjadi guru, kita dihadapkan pada sekolah yang terbelakang dengan siswa-siswa nakal dan tidak sesuai harapan. Sabar ketika biasanya menulis dengan spidol, di lapangan harus menulis dengan kapur. Nah, kesabaran guru akan diuji di saat-saat seperti itu. “Sabarnya guru itu, “ kata dosen saya, “butuh proses. Karena nanti akan ada idealitas-idealitas yang bertemu dengan kenyataan. Dan seringnya, kenyataan di lapangan bertolak belakang dari idealitas yang ada.”

Keempat : Tidak hanya mengejar aspek duniawi
Jika dahulu seorang guru disebut-sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena perjuangan mereka mencerdaskan anak bangsa yang tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah, maka sekarang ini guru seolah merupakan salah satu profesi baru yang mengiming-imingi rupiah melimpah. “Apakah boleh, kita sebagai pendidik muslim hanya mengejar-ngejar yang demikian?” tanya dosen saya.  Jawaban beliau, “tentu tidak boleh, tapi anggap saja itu sebagai bonus. Karena sejatinya mengajar bagi kita, adalah menabung amal. Jika ilmu yang kita ajarkan, ilmu apapun itu, mampu menjadikan anak-anak didik kita lebih baik, lebih taat kepada Penciptanya, lebih banyak syukur, itulah bayaran yang sebenarnya. Dan ketika kita sudah digaji besar, harusnya dibarengi dengan sikap amanah dan tanggungjawab yang lebih terhadap pekerjaan kita.”

Kelima : Melakukan sunnah-sunnah nabi.
Dalilnya :
QS Al A’raf : 157
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Pendidik yang baik, tidak cukup hanya mampu mengarahkan peserta didik memiliki prestasi duniawi, tetapi juga pendidik yang yang mampu mengarahkan peserta didiknya untuk mengenal Allah dan RosulNya termasuk tujuan penciptaan manusia di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar