Kamis, 11 Oktober 2012

BALADA SKRIPSI (3)

Sidang skripsi di fakultas saya terbuka untuk umum (asal ruangannya cukup). Setiap mahasiswa dari semester awal hingga akhir, boleh menyaksikan sidang skripsi tersebut. Tetapi kebanyakan mahasiswa yang mengikuti sidang skripsi adalah mahasiswa tingkat akhir. Termasuk saya. Menjelang akhir penulisan skripsi, saya mulai rajin mengikuti sidang skripsi teman-teman. Saya memperhatikan, mencatat, bahkan merekam pertanyaan-pertanyaan penguji. Terutama mereka yang terkenal killer.
Tidak terlalu banyak trik2 yang saya dapat dari hasil menyaksikan sidang skripsi teman-teman saya. Justu ketakutan yang saya dapat. Pasalnya, tidak sedikit mereka yang lemas, bahkan menangis saat mereka harus keluar sebentar menunggu detik-detik lulus atau tidaknya skripsi mereka. Ffiiuh.. ketar-ketir juga ini kalau dapat penguji yang killer. Mendapat penguji yang killer maupun yang sebaliknya, bukan wilayah kekuasaan kami. Biasanya kami mengetahui kapan jadwal sidang dan siapa pengujinya maksimal sehari sebelumnya.

Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga, gugup, malu kalau tidak bisa jawab, dan hei, katanya semua persiapan kita bisa mendadak hilang lho saat duduk di “kursi panas”. Hal ini membuat saya mengulur-ulur waktu mendaftar sidang. Hingga motivasi dari bapak datang: 

“Ngga usah ragu Nak, jangan jadikan sidang skripsi itu segalanya. Kalaupun ada kritik ya itu berarti baik bagimu, ambil sebagai pelajaran. Kalau tidak bisa jawab, ya berarti harus belajar lebih giat. Bapak dan Ibu di rumah selalu berdoa yang terbaik. Jangan takut.”

Nyess banget deh denger kalimat dari babe, meskipun Cuma lewat telepon. :D
Skripsi teman-teman saya kebanyakan beraliran korelasi. Sedangkan skripsi saya beraliran komparasi. Umumnya dari 10 sidang skripsi, hanya 1 yang beraliran komparasi. Ditambah aliran saya ini adalah mengenai sekolah RSBI. Setahu saya bahkan diantara teman-teman, cuma 2 orang –saya dan seorang teman-  yang melakukan penelitian di sekolah RSBI. Terlebih lagi, saya meneliti pada 4 sekolah berbeda, sedangkan teman saya hanya pada 1 sekolah RSBI, itupun genre nya korelasi juga.
Uji prasyarat hipotesis pada semua skripsi yang ada di perpustakaan menyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang normal dan homogen. Sementara uji prasyarat pada skripsi saya *mungkin* satu-satunya skripsi yang uji prasyaratnya tidak normal dan tidak homogen. Kalau dipikir-pikir memang ada benarnya *menurut saya*. Misal Uji homogenitas -yang digunakan untuk menguji apakah populasi yang dipakai tersebut homogen atau tidak- kalau dilihat-lihat ya bener kalau cenderung heterogen, wong diambil dari empat sekolah. Dengan guru yang berbeda, jam belajar yang berbeda, dan lingkungan sekolah yang berbeda pula. Karena ketidaknormalan dan ketidakhomogenan itulah, skripsi saya menggunakan Uji Statistik Non Parametrik dengan Uji U Mann Whitney.
Tibalah saat sidang. Waktu itu hari Rabu tanggal 08-08-2012 pukul 08.00 WIB. Tanggal dan jamnya cantik. Bertepatan dengan tanggal 20 Ramadhan. Segala persiapan sudah matang. Tapi mungkin karena gugup atau apalah, membuat malam harinya ngga bisa tidur. Sehingga waktu pagi, saya agak kurang enak badan dan suhu badan saya cukup tinggi waktu itu. Tak lupa meminta restu orang tua dan saudara-saudara. Dan akhirnya duduklah saya di kursi panas itu.
Foto di bawah ini
Suasana Sidang
dari kiri adalah Penguji 2. Drs. Suparyan, M.Pd.,  di tengah merupakan penguji 1. Sekaligus kaprodi Pendidikan Matematika, Bapak H. Abdul Taram, M.Si., dan paling kanan adalah dosen favorit yang humoris, cerdas, lulusan Perancis sekaligus dosen pembimbing saya Dr. Suparman, M.Si., DEA. Di tengah, berhadapan dengan pak Taram, yang paling cantik sekaligus jadi pusat perhatian waktu itu, ya tentu saja saya. :D  

Sehabis subuh pada hari sidang tersebut, Pak Parman mengirimi saya sms, memotivasi, mendoakan, dan sedikit memberi trik. Ini salah satu pengayem juga disaat sedang gugup. :D

To Be Continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar