Sabtu, 13 Oktober 2012

Rumput Tetangga Lebih Hijau



Obrolan singkat dengan seorang teman di dunia maya beberapa hari lalu membuat saya kembali kangen mengajar. Dulu, beberapa tawaran mengajar sempat saya tolak dengan halus, dan saya  limpahkan ke adik-adik yang lebih muda, karena saya sudah diterima bekerja di tempat lain. Tapi, bekerja dengan benda mati –komputer- sepertinya memang belum cocok bagi saya. Sekarang sudah sebulan lebih, dan saya mulai merindukan anak-anak yang dulu belajar bersama saya.

Berbeda halnya dengan teman saya yang sekarang sudah menjadi guru sekolah dasar. saat saya mencurahkan unek-unek saya, justru dia malah sebaliknya. Dia bosan mengajar, anak-anak yang -menurutnya- nakal, teriak-teriak, tidak sopan, dan susah diajari, membuat dia jengah. Dia lebih memilih bekerja kantoran, di depan komputer.

Rumput tetangga lebih hijau. Pepatah yang sering kita dengar, yang menggambarkan bahwa manusia tidak puas dengan apa yang ia dapat dan selalu melihat apa yang didapat orang lain itu lebih baik dari yang ia punya. Seperti halnya saya, teman saya, mungkin juga para pembaca. Karena itu, sekarang saya mulai belajar lagi. Belajar untuk lebih mensyukuri apapun yang saya lakukan hari ini dan berusaha mengerjakan dengan tanggungjawab. Semoga tidak lama lagi, cita-cita –mencerdaskan anak bangsa- segera terijabahi. Aamiin.

4 komentar:

  1. mari sama-sama bersyukur :D hehehe...

    BalasHapus
  2. bahkan,.#ngajar ki sesuatu yang keknya menyenagkan ,. oh Indonesia Mengajarr #hehehe ,.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mm.. you bisa ngajar jg beb,, ngajarin aku IT.. :D

















































































































































































































      Hapus